BALIKPAPAN – Studi yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan sejumlah warga Indonesia punya ketertarikan terhadap mobil atau kendaraan listrik asal China. Mereka membicarakan seputar harga yang kompetitif, inovasi otomotif, hingga ketersediannya.
Hal tersebut merupakan beberapa kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Vero, konsultan komunikasi Asia Tenggara, bersama perusahaan manajemen pemasaran terpadu asal China, WeBridge. Mereka meluncurkan analisis melalui sosial listening terhadap percakapan konsumen tentang mobil listrik asal China. Itu dipublikasikan pada November 2023.
Studi itu berjudul “The Road to Southeast Asia: A Study of Consumer Perceptions and Market Opportunities for Chinese Automotive Brands“. Mereka menggali lanskap mengenai persepsi publik terhadap kendaraan listrik asal China di Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Dalam resume yang kami terima, studi ini mencatat 40 persen dari percakapan daring mengenai merek kendaraan listrik China di Indonesia berkisar pada harga produk dan layanan yang kompetitif. Selanjutnya, sebanyak 29 persen berfokus pada teknologi dan inovasi, secara khusus menyoroti elektronik dan kendaraan.
Baca juga : Gerakan Perlawanan dan Produksi Ruang Publik: Kasus Tamansari Bandung
Menurut penelitian tersebut, konsumen Indonesia tertarik dengan fungsi dan desain produk mobil listrik China. Studi itu juga mencatat, konsumen Indonesia merasa mudah mendapatkan produk kendaraan listrik asal China melalui saluran daring ataupun luring.
Selain itu, studi itu mencatat, terdapat minat yang cukup besar di kalangan konsumen Indonesia terhadap kendaraan listrik asal China. Itu terlihat dari banyaknya pencarian yang signifikan melalui internet untuk kata kunci yang berkaitan dengan penghematan energi, mobil listrik, dan efisiensi energi.
Menurut studi tersebut, mobil listrik dianggap lebih hemat energi dan hemat biaya, termasuk dalam perawatannya, dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.
Baca juga : IKN Wujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Efisien dan Transparan dengan Smart Governance
Vero dan WeBridge menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam membeli mobil di Indonesia. Dengan menggunakan teknik social listening, hasilnya menunjukkan sebagian besar konsumen memandang bahwa memiliki mobil adalah sebagai preferensi pribadi. Ini berada di angka 33 persen dari subjek penelitian.
Vero dan WeBridge menilai, itu menandakan sejumlah orang menilai kepemilikan mobil sebagai pilihan gaya hidup. Selanjutnya, faktor efisiensi dalam berkendara menyumbang 28% dari percakapan daring.
Adapun faktor kebutuhan mobilitas dan kenyamanan menyumbang 15%. Hal tersebut, menurut Vero dan WeBridge, menandakan pilihan transportasi yang semakin personal semakin penting bagi sejumlah kalangan.
“Kepemilikan mobil memungkinkan pengemudi untuk menghindari kerumitan bus yang penuh sesak atau waktu tunggu yang lama dalam perjalanan sehari-hari,” tulis mereka dalam keterangan tertulis, 9 Januari 2024.
Kendati demikian, penelitian itu menunjukkan, konsumen Indonesia merasa biaya kepemilikan mobil masih tinggi. Sebanyak 38% subjek penelitian merasa harga mobil mahal. Selain itu, sekitar 21 persen merasa infrastruktur di Indonesia masih belum mendukung.
“Meskipun masyarakat Indonesia menilai bahwa memiliki mobil adalah untuk kenyamanan berkendara, 17% menyatakan bahwa kemacetan lalu lintas juga menjadi kendala utama,” tulis Vero dan WeBridge.
Harga kompetitif
Menurut studi tersebut, harga mobil yang terjangkau menjadi nilai jual utama kendaraan listrik asal Negeri Tirai Bambu banyak diminati di Indonesia.
“Merek kendaraan listrik China dapat memperkuat kampanye mereka di Indonesia melalui pesan keberlanjutan yang otentik, dengan menyoroti tujuan mobilitas ramah lingkungan di Indonesia dan manfaat lingkungan dari peralihan ke kendaraan listrik,” ujar Quang Do, Vero Vice President IMC Consulting, salah satu eksekutif yang memimpin penelitian ini.
Melalui keterangan tertulis, Dzikri Sabillah Anwar (Chiki), Senior PR Executive di Vero yang juga berkontribusi dalam studi ini mengatakan, merek-merek mobil China bisa memperluas daya tarik mereka melalui kemitraan strategis dengan para influencer, media terkemuka, dan pemimpin industri lainnya di Indonesia. (FX)