WAJAH Supriyono berseri-seri ketika enam pemuda tiba di halaman rumahnya di Kampung Banyumas, Kilometer 15, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Lelaki berusia 41 tahun itu lekas menggiring para remaja ke pabrik budi daya jamur tiram miliknya. Hari itu, Kamis, 2 Februari 2023, anak-anak muda dari berbagai daerah di Kaltim hendak meliput usaha Supriyono.
Pabrik yang terletak di samping kediaman Supriyono tersebut berukuran sekitar 20 meter x 15 meter. Di dalamnya terdapat tiga rak dengan masing-masing ukuran panjang 10 meter, tinggi 3 meter, dan lebar 30 sentimeter. Setiap rak memiliki empat tingkat. Semuanya telah terisi baglog alias media tanam jamur. Beberapa baglog telah menelurkan masrum tiram berwarna putih.
Kepada para pemuda, Supriyono tak sungkan membagikan ilmunya membudidayakan jamur tiram. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain serbuk kayu, bekatul atau sekam padi, tepung mineral, air, serta bibit jamur tiram. Cara membudidayakannya pun gampang. Mula-mula, serbuk kayu dicuci hingga minyak atau getahnya hilang.
Serbuk kayu yang telah bersih dicampur dengan bekatul dan tepung lalu diaduk sampai rata. Hasil olahan kemudian disimpan di sebuah wadah yang ditutup plastik selama tiga hari. Tahap ini disebut fermentasi yang bertujuan mendekomposisi media sehingga nutrisi bagi jamur lebih cepat tersedia.
Setelah itu, hasil fermentasi dimasukan ke media tanam. Media tanam yang digunakan adalah plastik bening ukuran 20×35 sentimeter. Plastik yang telah terisi hasil fermentasi inilah yang disebut baglog. Selanjutnya, baglog direbus selama 6-8 jam atau saat suhunya mencapai 160 derajat celsius. Supriyono menyebutkan, diperlukan 3 kilogram elpiji untuk sekali memasak baglog.
“Jika kurang sedikit saja panasnya, kemungkinan baglog gagal membuahkan jamur lebih besar,” urai bapak satu anak itu.
Setelah direbus dan baglog menjadi dingin, barulah bibit jamur dimasukkan. Baglog yang telah terisi bibit jamur lalu disimpan di rak. Supriyono mengatakan, tempat penyimpanan baglog harus lembap. Tak boleh baglog terkena sinar matahari. Baglog juga harus sering disiram air untuk menjaga kelembapannya. Baglog yang tidak lembap akan mempengaruhi ukuran jamur. “Bisa saja jamur mengalami stunting,” urainya.
Setelah didiamkan selama beberapa hari, baglog akan mengeluarkan pinhead atau tangkai jamur. Selang beberapa jam kemudian, tangkai itu akan membuahkan bunga lalu berubah jadi bayi jamur tiram. Perlu tujuh hari lagi agar jamur benar-benar ranum. “Waktu produksi jamur tiram sekitar 12-14 hari,” beber Supriyono.
Usai dipanen, baglog dikembalikan ke rak. Dengan durasi yang hampir sama, baglog akan mengeluarkan lagi jamur. Supriyono menyebut, setiap baglog bisa 5-8 kali dipanen, tergantung perawatannya dan cuaca. Jumlah produksinya sekitar 0,7-0,8 kg per baglog. Setelah panen jamur telah mencapai puncaknya, serbuk gergaji akan membusuk.
“Jika sudah tidak bisa dipakai, serbuk gergaji dari baglog akan diolah menjadi pupuk kompos,” urai Supriyono.
Supriyono menyebut, kini ada 3.000 baglog di pabriknya. Ia menjual jamur tiram ke pasar seharga Rp 45-50 ribu per kilogram. Setiap 1.000 baglog, profit bersih yang ia terima sekitar Rp 5 juta. Usaha ini telah ia geluti sejak 2011. “Selama pandemi, entah apa sebabnya, permintaan jamur tiram mengalami peningkatan,” sebutnya.
Khasiat Jamur Tiram
Masrum tiram atau Pleurotus ostreatus adalah tanaman yang baik untuk kesehatan manusia. Secara ilmiah, hal itu telah ditulis Netty Widyastuti, dkk, dalam jurnalnya berjudul Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) Dilihat dari Kandungan Nutrisi serta Perannya dalam Kesehatan. Ia menulis, jamur tiram mengandung beberapa senyawa dengan sifat farmakologis atau nutraceutical yang penting bagi tubuh manusia.
Di Thailand, jamur tiram telah terbukti dapat membantu memecahkan problema malnutrisi dan berbagai penyakit. Genus ini mengandung asam folat yang berguna mencegah dan mengobati penyakit anemia. Jamur tiram juga mengandung karbohidrat, lemak, dan kalori yang rendah sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes, kolesterol, dan hipertensi (hlm 94).
Kandungan gizi jamur tiram antara lain protein dengan rerata 3,5-4 persen dari berat basah. Itu artinya, protein di spesies ini mencapai dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung dari berat kering, kandungan proteinnya mencapai 10,5-30,4 persen. Kita bisa membandingkannya dengan beras yang hanya 7,3 persen, gandum 13,2 persen, dan susu sapi 25,2 persen.
Jamur segar, dalam jurnal yang ditulis Netty, umumnya mengandung air sebanyak 85-89 persen. Kandungan lemaknya cukup rendah antara 1,08-9,4 persen (berat kering), terdiri dari asam lemak bebas mono ditrigliserida, sterol, dan phoshpolipida. Jamur tiram juga memiliki sembilan macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
Sebanyak 72 persen lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, yakni vitamin B, C, dan D.
Ada pula vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol). Mineral tertinggi yang ada di jamur tiram adalah kalium, fosfor, natrium, kalsium, dan magnesium. Adapun mineral mikroelemen yang bersifat logam, kandungannya sangat rendah sehingga jarum tiram aman dikonsumsi setiap hari. Dan yang paling penting, jamur tiram mengandung asam glutamat yang menimbulkan rasa gurih saat dikonsumsi (hlm 95).
Kendala
Berdasarkan pengalaman Supriyono, hal tersulit dalam membudidayakan jamur tiram adalah mencari serbuk gergaji. Tidak semua serbuk gergaji bisa digunakan. Ia hanya mengandalkan serbuk gergaji yang memiliki kualitas tinggi, misalnya dari pohon karet atau sengon. Biasanya, ia mendapatkan serbuk gergaji di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara. “Kualitas dari serbu gergaji akan menentukan kandungan gizi dalam jamur tiram,” bebernya.
Dalam menggerakan roda usahanya, Supriyono dibantu seorang koleganya, Sabar. Kepada para pemuda, pria berusia kepala lima itu mengeluhkan cuaca panas belakangan ini. Ia mengaku tak tahu apa yang sedang terjadi. Hanya saja, iklim panas disebut amat menganggu produksi jamur tiram.
“Dulu, saat masih awal membudidayakan jamur pada 2011, proses penyiramannya hanya dua-tiga kali saja per hari. Namum, empat tahun belakangan ini, penyiramannya bisa sampai enam kali dalam sehari,” keluh Sabar.
Gema azan zuhur mengakhiri liputan hari itu. Kegiatan yang digagas Pusat Telaah dan Informasi Regional atau Pattiro ini, merupakan bagian dari pelatihan jurnalisme warga. Organisiasi tersebut tengah membangun gerakan merawat iklim lewat praktik-praktik jurnalistik. Aksi ini mengusung tajuk Youth Camp for Climate Change Actions.
Menggunakan mobil, para peserta jurnalisme warga bergegas pindah ke Wisata Bamboe Wanadesa, sekitar 500 meter dari rumah Supriyono. Di wisata yang berdampingan dengan Waduk Manggar ini, mereka rehat sejenak. Sejumlah kotakan berisi berbagai hidangan sudah disiapkan untuk mengusir lapar di perut mereka. (*)
Artikel ini ditulis oleh: Rindi Yani dan Surya Aditya, peserta dan pendamping Youth Camp for Climate Change Actions
Senarai Kepustakaan
Netty Widyastuti, dkk. 2021. Manfaat Jamur Konsumsi (Edible Mushroom) Dilihat dari Kandungan Nutrisi serta Perannya dalam Kesehatan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).