• Cerita
  • Menghirup Udara Segar di Wisata Bambu Balikpapan
Cerita

Menghirup Udara Segar di Wisata Bambu Balikpapan

Ide mendirikan wisata bambu Balikpapan ini muncul ketika dunia kelimpungan menghadapi pandemi. Berkah bagi mereka yang pandai melihat peluang sekaligus menjaga daerah resapan air.

Rumpun bambu membuat teduh di sepanjang jalan di kawasan Wisata Bamboe Wanadesa, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (2/2/2023). [FOTO: SURYA ADITYA]

JALAN setapak itu terasa teduh. Ujung-ujung pohon bambu di kiri dan kanan melengkung bak kanopi yang melindungi permukaan jalan dari sinar matahari. Tiupan angin dari Waduk Manggar membuat suasana semakin sejuk. Sejumlah orang tampak betah bersantai-santai di bawah ridangannya pepehonan bambu.

Hutan bambu tersebut berlokasi di Jalan Giri, Kampung Pati, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Pada Kamis, 2 Februari 2023, sejumlah pemuda berusia 16-24 tahun dari berbagai daerah di Kalimantan Timur berkunjung ke hutan ini. Para peserta Youth Camp for Climate Change Actions ini hendak mewartakan hutan tersebut. Kegiatan itu digagas Pusat Telaah dan Informasi Regional atau PATTIRO, bagian dari pelatihan jurnalisme warga.

Hutan bambu ini dikelola oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Mitra Bersama. Kelompok yang beranggotakan sejumlah warga Karang Joang itu dikomandoi Murdyanto. Kepada para remaja tadi, pria berusia 57 tahun itu bercerita, rindangnya bambu di sana bermula pada 2014 lewat program Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, lembaga di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Mula-mula pemerintah mengirimkan 3.600 bibit bambu ke Kampung Pati. Murdyanto bersama warga yang lain menyambut tanaman-tanaman tersebut dengan suka cita. Mereka menanam bibit-bibit bambu di pinggiran Waduk Manggar di Kampung Pati. Dari waktu ke waktu, rumpun bambu tumbuh subur hingga menjelema jadi hutan yang rimbun.

Pengunjung berpose di salah satu sudut di kawasan Wisata Bamboe Wanadesa, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (2/2/2023). [FOTO: SURYA ADITYA]
Murdyanto menerangkan, hutan bambu dibuat untuk melindungi Waduk Manggar. Sebab, bambu bisa menyimpan air sehingga bisa menjaga waduk dari kekeringan. Waduk ini punya peran penting lantaran hampir semua warga Balikpapan mendapatkan air baku dari Waduk Manggar. Sejumlah orang pun kerap memancing di situ. “Fungsi lainnya, bambu menghasilkan oksigen yang bersih,” terangnya.

Enam tahun kemudian atau pada 2020, pandemi Covid-19 melanda dunia. Dampaknya merembet hingga Balikpapan, tak terkecuali Kampung Pati. Pada masa itu, kata Murdyanto, warga jarang keluar kampung demi menghindari paparan virus baru itu. Kondisi inilah yang membuat warga melihat peluang parwisata dari hutan bambu.

“Saat pandemi, kami sering bermain di hutan bambu. Suasananya terasa nyaman. Jadi, kenapa tidak kami jadikan ekowisata,” ucapnya.

Ide itulah yang membuat warga membentuk KTH Mitra Bersama. Kelompok ini ditugaskan fokus menjadikan hutan bambu sebagai wisata. Mereka memasang portal di Jalan Giri. Orang-orang yang ingin masuk untuk mancing di kawasan tesebut dikenai tarif sukarela. Pendapatan dari usaha ini, beber Murdyanto, digunakan sebagai modal mendirikan pariwisata. “Kami juga patungan untuk menambah modalnya,” bebernya.

Suasana salah satu sudut di kawasan Wisata Bamboe Wanadesa, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (2/2/2023). [FOTO: SURYA ADITYA]
Setelah modal terkumpul sekitar Rp 20 juta, KTH Mitra Bersama mempercantik hutan bambu. Salah satu upayanya adalah menyemenisasi Jalan Giri sepanjang 350 meter yang semula hanya tanah. Mereka juga membangun pondok-pondok kecil, spot berfoto, hingga ayunan di hutan bambu. Setelah pengunjung mulai berdatangan, hutan ini diberi nama Wisata Bamboe Wanadesa. Belakangan, pengelolanya juga menyewakan perahu bermotor bagi pengunjung yang ingin menjelajahi Waduk Manggar.

“Tak ada tarif khusus masuk ke wisata ini. Pengunjug cukup membayar uang sukarela. Pengunjung juga boleh berkemah di sini,” ujar Murdyanto.

Kehadiran Wisata Bamboe Wanadesa disambut gegap gempita oleh para warga Kampung Pati. Tubari, salah seorang warga di kampung tersebut, mengaku bangga atas berdirinya destinasi wisata tersebut. “Tentu saya ikut senang. Kampung saya jadi ramai. Alhamdulillah,” ucapnya.

Kesejukan yang dihadirkan Wisata Bamboe Wanadesa dapat dilihat dari wajah-wajah ceria para peserta jurnalisme warga. Selepas mewawancarai Murdyanto, mereka asyik menikmati fasilitas-fasilitas yang ada di situ. Dari kejauhan, Murdyanto hanya tersenyum melihat laku anak-anak muda ini. (*)

Artikel ini ditulis oleh: Surya Aditya, pendamping Youth Camp for Climate Change Actions

Propublika.id
Propublika.id
Portal berita dan cerita rintisan yang didirikan di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada 2022. Sesuai namanya, kami berupaya menyajikan informasi dan kisah warga yang suaranya jarang mendapat tempat di media massa. Selengkapnya lihat laman Tentang Kami.
Bagikan
Berikan Komentar