Tsunami Sastra di Tengah Corona
Sunu Wasono, pengajar sastra di Universitas Indonesia, mengibaratkan gejala ini sebagai “tsunami”
Sunu Wasono, pengajar sastra di Universitas Indonesia, mengibaratkan gejala ini sebagai “tsunami”
Daftar yang saya buat bersifat subjektif dan strukturnya disusun berdasarkan tema dan kecenderungan tertentu.
Menurut saya, buku ini merupakan wujud bentuk sastra progresif bagi anak-anak dengan menggabungkan aspek-aspek realis dan utopis dalam bangunan petualangan si tokoh utama.
Dalam banyak hal, “Ikam hanyarkah di Samarinda” digunakan untuk menormalisasi hal-hal tak beres yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam suatu masyarakat demokratis, ruang publik menjadi aspek yang sangat penting terutama bagi mereka yang termarjinalkan dan hanya menjadi objek pembangunan.
Di tengah sering dan hebatnya bencana yang melanda Bumi kita, cukup menantang bagi saya untuk menuliskan ulasan kabar baik seputar perubahan iklim dan lingkungan.
Akar masalah utama sistem politik yang berbasis pada kepemilikan kapital adalah ekspansi modal dan pemodal dalam ranah politik sehari-hari.
Seri polemik sastra antara Ignas Kleden dan Afrizal Malna di Harian Kompas pada 1997. Sumber tulisan ini dari kliping yang dilakukan kerabat kerja ProPublika.id.
Seri polemik sastra bagian #2 antara Ignas Kleden dan Afrizal Malna di Harian Kompas pada 1997. Sumber tulisan ini dari kliping yang dilakukan kerabat kerja ProPublika.id.
Seri polemik sastra bagian #3 antara Ignas Kleden dan Afrizal Malna di Harian Kompas pada 1997. Sumber tulisan ini dari kliping yang dilakukan kerabat kerja ProPublika.id.